Terror Is Me?

Sekilas Pengantar

Seluruh agama mengajarkan tentang kasih sayang, begitupun Islam. Namun pasca tragedi dua pesawat dengan penumpang penuh menabrak gedung kembar WTC (World Trade Center) di New York, Amerika Serikat umat Islam sangat tersudut. Karena pelaku yang dituduh pelaku teroris mayoritas beragama Islam. Lalu diikuti berbagai peristiwa di belahan dunia, anatara lain Bom Bali 12 Oktober 2002, lalu disusul oleh ledakan Ankara, Turki, di Madrid, Spanyol, Maret 2004 serta bom mobil di Riyadh Arab Saudi, membuat media yang di dominasi dunia Barat menuduh Islam sebagai Basic Idea.
Kata Radikal yang kita biasa identikkan dengan kekerasan seakan sangat pantas bila di labelkan kepada para kamu Muslimin menurut orang barat. Sehingga muncullah Islamphobia, yakni suatu sikap kebencian dan ketakutan terhadap semua hal yang berbau Islam. Sehingga saudara-saudara kita diluar sana tak jarang mendapat diskriminasi, seperti Muslim Uighur di China akhir-akhir ini.
Menghadapi serangan dan kecurigaan seperti itu, Kita mesti sabar dan waspada. Karena ajaran Islam yang sesungguhnya mengajak manusia ke jalan Tuhan dengan cara yang arif dan bijaksana sehingga Islam menjadi rahmat bagi semua penghuni Planet Bumi. Cara kekerasan hanya akan membuat citra Islam menjadi buruk.
Rasulullah SAW sendiri, ketika beliau berdakwah di Tha’if lalu dilempari batu hingga berdarah oleh masyarakat setempat, beliau tidak membalas bahkan ketika Malaikat Jibril menawarkan untuk menghancurkan kaum tersebut beliau tidak menerima tawaran itu. Ini menunjukkan bahwa sejak awal Nabi kita mengajarkan bahwa agama kita, sejatinya bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan melainkan kasih sayang.
Berawal dari beberapa paragraf diatas, penulis ingin sedikit menuliskan tentang bagaimana pandangan Islam terhadap terorisme dan siapakah teroris itu sebenarnya? Jangan-jangan kita sendiri tak menyadari bahwa kita melakukan tindakan-tindakan teror kepada sesama saudara seagama kita atau dengan umat beragama lain. 

Terirosme di Negara Kita

Teroris menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha untuk menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan tertentu.
Sedangkan menurut para ahli maupun peraturan Undang-Undang memiliki kesamaan secara terminologi, yakni teror adalah perbuatan yang menimbulkan ketakutan atau kengerian pada masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa teror selalu mengandung unsur ketakutan atau ketidakamanan. Lain halnya dengan radikalis yang meski makna aslinya adalah “berakar” namun, kini makna kata tersebut lebih mengarah ke kelompok agama yang menyukai cara kekerasan.
Terorisme sangat sering terjadi di Negeri kita, sepanjang tahun inipun tercatat ada beberapa kasus terorisme seperti teror di Mako Brimob Depok, Bom di tiga Gereja Surabaya, Bom di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo, Bom di Polrestabes Surabaya dan masih banyak kasus terorisme besar sepanjang sejarah Indonesia seperti tragedi Bom Bali.
Seringnya terjadi peristiwa terorisme dan kekerasan lainnya di Negeri ini tidak dipungkiri telah mengakibatkan banyak korban bejatuhan yang pada akhirnya telah menggiring kepada identifikasi minoritas bahwa potret Islam fundamentalis lebih menjadi objek kajian menarik karena sebagai pihak tertuduh dalam beberapa kasus terorisme ketimbang potret Islam Substansialis di Negeri kita ini

Pandangan Islam terhadap Terorisme

Menurut hemat penulis, Islam memandang terorisme adalah sesuatu yang tidak di perbolehkan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 190 yang artinya : “Dan Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu. Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” Nabi Muhammad SAW juga bersabda “Kejahatan da perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya adalah orang yang paling baik akhlaknya. [HR. Ahmad juz 7 hal. 410, no. 20874].
Dari penggalan surat Alquran dan hadist di atas, sudah terlihat jelas bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, dan terorisme adalah termasuk dalam kategori kejahatan juga melaumpaui batas-batas kemanusiaan. Namun yang menjadi persoalan dalam Islam adalah pemahaman yang menyimpang tentang Islam. Pemahaman yang menodai atau menyimpang dari Islam, sangatlah berbahaya dan dapat menyebabkan tindakan-tindakan terorisme yang membuat nama Islam sendiri jadi buruk. Banyak orang yang beragama secara instan tanpa mempelajari dasar-dasar agama tersebut, lalu mereka berbicara di depan khayalak umum tentang benar dan salah, padahal mereka sendiri belum benar-benar faham dan tau mana yang benar dan mana yang salah.
Seperti yang kita tahu, Kitab Suci agama kita di buat oleh Tuhan tanpa campur tangan manusia di dalamnya. Sebagai manusia kita di bekali dengan pemikiran yang di berikan untuk melihat, mengamati, dan berpikir tentang segala hal dengan cara yang berbeda-beda. Satu hal memiliki banyak arti, satu kalimat bisa diartikan berbeda antar satu manusia dan manusia yang lain. Tentang pemahaman kitab suci inilah kadang dari kita ada yang salah mengartikannya. Banyak manusia yang terlalu cepat berpikir tanpa melakukan ulasan lebih lanjut mengenai suatu ayat. Sehingga orang-orang tersebut mudah terpengaruhi oleh orang-orang di belakang layar yang mempunyai tujuan politik tertentu.
Gusdur mengatakan dalam buku Ilusi Negara Islam “Jargon memperjuangkan agama Islam sebenarnya adalah memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Langkah ini sangat ampuh, karena siapapun yang melawan mereka akan dituduh melawah Islam”

Terror Is Me?

Memasuki judul utama sekaligus judul terakhir dari tulisan ini, kata “Terror Is Me?” adalah Bahasa Inggris yang berarti “Teror itu saya?” maksudnya apakah saya dalam artian kita sebagai umat Muslim adalah seorang teroris? Apakah kita yang selama ini di tuding sebagai teroris oleh mereka adalah benar-benar teroris?
Untuk menjawab “tidak” dari pertanyaan itu, kita harus bisa tau bagaiamana langkah-langkah agar kita bisa terhindar dari pemikiran radikal yang menyebabkan aksi terorisme:
Pertama, Kita harus memahami Islam secara mendalam bukan secara instan. Dalam belajar Islam kita harus mempunyai guru yang mumpuni dalam hal itu, karena bila tidak kita bisa mudah terkena paham radikal yang berujung pada aksi-aksi terorisme. Kita jangan hanya memahami Islam secara kontekstual, karena zaman sudah berkembang dan permasalahan semakin kompleks. Ketika kita sudah bisa memahami Islam dengan baik maka kita tidak akan terpengaruh atau melakukan tindakan-tindakan terorisme.
Kedua, Kita harus mendukung setiap aksi perdamaian, karena hal itu akan secara khusus bisa menanggulangi tindakan terorisme. Ketika kita peduli akan perdamaian maka secara langsung kita akan mempelajari bagaimana cara untuk mewujudkan perdamaian tersebut dan dapat membentengi kita dari paham radikal. Kita tak harus mengikuti  setiap aksi atau gerakan-gerakan perdamaian yang ada, cukup awali dari diri sendiri dulu dengan lingkungan di sekitar kita. Kita punya handphone dan beberapa akun sosial media, lewat hal tersebut kita bisa menyerukan kata-kata perdamaian sehingga kawan-kawan kita yang lainpun bisa sadar akan pentingnya perdamaian.
Ketiga, membentengi diri dari paham radikal, seperti yang disebutkan diatas, arti dari makna radikal yang sesungguhnya adalah sampai ke akar-akar. Jadi radikal itu sifatnya kedalam diri kita (Agama Kita), namun pemahaman mayoritas orang-orang sekarang justru mengatakan bahwa radikal itu hal yang selalu identik dengan kekerasan. Untuk membentengi diri kita dari hal-hal semacam itu diantaranya adalah dengan tidak mudah terprovokasi propaganda-propaganda para orang-orang di balik layar yang punya kepentingan politik, kita harus bisa membedakan mana agenda politik dan mana yang syari’at atau anjuran dalam Islam, juga kita harus meningkatkan pemahamahan agama kita.
Keempat, kita harus memahami sejarah dan kritis terhadap setiap info yang kita terima. Sudah bukan rahasia bahwa sejarah Islam sekarang banyak di putar balikkan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap islam. Ketika kita menerima suatu informasi atau kita mencari informasi di internet maupun media-media lain, kita harus bisa kritis dan memfilter info-info tersebut. Sehingga kita bisa membalikkan apa yang mereka katakan yaitu pelabelan teroris terhadap kita.
Sebagai umat Islam kita harus bisa membuat citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin itu baik. Kita harus bisa memaknai radikal itu secara mendalam dan mengakar, dan akar agama kita adalah kasih sayang. Maka segala bentuk terorisme, radikalisme, separatisme dan selainnya adalah bukan cara kita mengexpresikan agama kita. Sekali lagi mari kita tanyakan pada diri kita sendiri apakah “Terror Is Me?” adalah petanyaan atau lebih tepatnya pernyataan yang benar? Kita tanyakan pada diri sendiri lalu kita renungkan, siapakah teroris sebenarnya? Dan ada skenario apa dibalik ini semua?






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Etos Kerja

Siapakah Kita??

Tentang Cinta